17 Juli 2020

I am Positive

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam saat kamarku sudah gelap gulita, "Tidak seperti biasanya." Ujarku dalam hati. Dalam kegelapan masih ada cahaya yang bersinar, dua layar yang yang sudah diturunkan tingkat kecerahannya hingga angka minimum. Aku dalam posisi setengan duduk sambil memangku laptop dan alasnya, dengan airpods di telinga yang sedang tersambung menelfon kekasihku. 
I am Positive.  Yap, aku sedang menceritakan tentang keadaanku sendiri dan sekarang, secara langsung sekaligus tidak langsung membiarkan kalian tau keadaanku. Jika kalian adalah orang asing yang tidak mengenalku, Well, let me say, welcome to my life. Kalian bergabung dengan kehidupanku bersamaan dengan beberapa obat yang kini sudah masuk ke saluran pencernaanku. 

So what is this story about? Never mind, it's just simply my daily blog. I am Positive, Can't believe somethings positive show us a bad sign. 

***
"Raaaa..." Teriak Kak Kesha dibalik pintu kamarku, aku melepas airpods dari telingaku yang sedang ku gunakan menonton The Greenhouse Academy dan menjawab teriakannya, "Apaan?" Ujarku ketus, sedikit merasa terganggu, mini series ini sedang menjadi perhatianku, aku sudah mencapai season ketiga dalam dua hari satu malam, entah bagaimana tapi aku sangat bersemangat. 
"Tara Positive!" Ujarnya kali ini sedikit memelan karena mungkin ia tidak tau cara mengatakannya dengan baik. Aku terpaku, duduk dan menatap kosong layar laptopku yang juga tidak bergerak. 
"Iya Ra, bentar lagi dianterin obatnya." Tambah mamaku yang baru pulang, aku rasa informasi yang disampaikan kak Kesha berasal darinya, namun semua itu tidak penting, pikiranku melayang entah kemana. Aku duduk di pojok kasurku, tidak bergerak, hanya duduk menatap selimutku. 
"Ra?" Papaku sudah berdiri di depan pintu kamarku, menatap diriku dan menertawakanku, "Eh, anak papa yang paling lemah!" Ujarnya mengejekku sekaligus menghiburku, "Isolasi ya, Gak boleh keluar-keluar" Tambahnya lalu menutup pintu kamarku lagi. Beberapa menit kemudian, saat aku masih belum bergerak dari singgah sanaku, ia kembali membuka pintu dan berkata "Pake masker, makan obat , papa udah selesai masa latennya" Kembali menunjukkan wajah usilnya. Setelah ia keluar masuk berkali-kali lagi setelahnya, mungkin memastikan aku tidak bersedih sendirian, aku merasa sedikit terhibur dengan lelucon-lelucon sciencenya. Aku mulai tenang, sedikit tenang. Aku mulai membisikan kepada diriku sendiri, "Everythings will be fine".

***