25 Mei 2018

I always hate the idea of arguing,
cursing and scream at each other
saying things you didn't mean
scratching each others heart

maybe it won't hurt, because you know they didn't mean it
but maybe, one wrong step will lost you forever

the way you mad at someone, not everyone can get it.

That's why I try to never get mad to everyone who are close to me
I understand I always understand my friend, my ex boyfriend, when they get mad, they screw everything, they curse anyone and everyone, including me.

and seeing the way they get mad, make me don't wanna get mad to anyone who are close to me.

but the thing is, it's make people take too easy on me, because I can't get mad.
one simple sorry and then i'm okay.

but I can't change, the guilt will always, lyk, always following me if I get mad. 

Welcome to the world of the real life

Pikiran gue terlempar kebeberapa tahun lalu, ketika gue bener-bener pantes di bilang bau kencur, bocah atau apapun lah, yang jelas pada saat itu gue masih duduk di bangku SD, dan bisa di sebut gue adalah orang yang don't need to worry anything about my self. 

Jadi pada saat gue kecil, bisa di bilang ya idup gue apa lagi sih yang di cari, secara kasar dan sombong gue ngomong gitu sendirinya ke diri gue. Bukannya sok cantik, tapi atleast gue nggak buruk rupa, bukannya sok pinter tapi pada masa itu gue juga bisa di bilang berprestasi, mau ngomongin latar belakang keluarga? Well, I don't like to talk about this shyt but, I'm so proud being part of my family. Intinya, gue gak punya sedikitpun hal yang perlu gue cemasin, rasanya kaya gue udah ada semuanya, semua yang gue butuh. 

Lalu saat keadaan gue selengkap itu, guru gue dengan lantang ngomong di depan kelas "Kalian itu belom tau beratnya kehidupan, sekarang kalian masih dibawah orang tua, nanti kalian ngerti yang ibu bilang saat kalian kuliah." Okey, Fine. Gue tunggu masa itu, percaya ga percaya, tapi gue selalu nginget kata-kata itu. 

Belom gue nyampe ke tahap yang disebut-sebut sama guru SD gue, saat gue SMP another teacher said the same thing, she said "Kehidupan yang kalian jalanin sekarang tu belom apa-apa, tunggu nanti kalo kalian udah kerja, kalian tau gimana beratnya tanggung jawab sama diri sendiri." Satu lagi tahap kehidupan yang gue tunggu, Kerja, cari duit, tanggung jawab sama diri sendiri. Namun pada saat gue ndenger hal ini, sikap gue masih sama, gue penasaran tapi tetep, gak peduli. 

Lalu, setiba gue di SMA, hidup gue udah gak seperfect sebelomnya, well, otak gue udah mulai nekrosis, jauh banget dari kata pinter, tampang juga mengalami tingkat penurunan yang sangat drastis, temen-temen terdeket juga udah ga ada di deket gue lagi, dan satu lagi nasehat serupa "Kehidupan itu baru di mulai saat kalian udah berkeluarga." Dan saat itu, gue melamun, mikir dan lagi-lagi, nunggu. 

Kira-kira apa lagi? 

Kemudian gue mulai mikir tentang timeline kehidupan. Bener, di mulai dari masa gue anak-anak dan everythings seems so perfect for me. Lambat laun gue mulai ngerti, ternyata bukan karena dulu hidup gue seperfect itu dan se gak ada masalah itu, tapi dulu gue belom punya kesadaran. Bener, gue cuma anak-anak, semua nasehat itu terlempar karena mereka tau gue masih jauh dari garis itu. Dan perlahan mereka ngasih gue peringatan, dan ternyata tiap harinya tanpa gue sadari gue makin deket, makin deket, makin deket lagi, gue yang tadinya seorang anak, lalu gue puber dan jadi remaja, mulai jadi masyarakat labil yang sok dewasa dan cuma bisa komentar ini itu, dan gak di gubris. 

Sampe akhirnya gue berada di tahap satu, kuliah, masa dimana lo mulai di lepasin sama orang tua lo, sedikit, sedikit, sedikit... Walau masih banyak banget larangan, ntah gimana pelan-pelan makin dingertiin, di percayain, udah sulit dilarang... Dan akhirnya gue lulus dari dunia perkuliahan. Dan ngeliat satu persatu temen gue juga lulus.

"Welcome to the land of the real life" Aku selalu bilang gitu ke mereka yang lulus. Ternyata bener, saat kita lulus, saat itu juga tanggung jawab kita terhadap diri sendiri itu ada. Yap, walau gue sendiri sebenernya udah menyandang gelar S1, kaya yang bisa di baca-baca gue belom meniti titip tersebut, gue masih jadi pengemis intelek, S1 gue ga guna kalo belom berubah jadi gelar dr. dan semakin kesini semakin ngerasain betapa bolong-bolongnya idup gue. yang tadinya mulus kaya pantat bayi sekarang berbulu tebel dan ganggu. 

Lalu gue mikir, gue harusnya bersyukur, saat ini gue gini, dan gue yakin selanjutnya bakal jauh lebih ribet lagi. apa lagi nanti, saat gue kerja, saat gue berkeluarga dan beranak. berat. iya berat. tapi mau gimana. waktu gak akan berenti walau jam mati sekalipun. matahari tetep muter walau bintang ga bergerak. 

Makin lama makin berat, makin gak jelas cobaannya. 


4 Mei 2018


Now I’m picturing the man of my dream. I can’t tell you how does he look, But I can tell you what kind of person he is. He is a kind and warmth hearted person. His warm brown eyes now is right in front of me. I couldn’t tell you how does it feel, But I’m gonna describe it to you, it feels like having the ticket to your favorite singer concert, but it’s also feel like watching a romance movie where you favourite character having a car accident and almost died, what I’m gonna tell you is, in my heart now is a total chaos, the last several month I was wondering if I could let him go, if I can be with other person without a day thinking of him. And now here I am, under the sun light, hearing sound of the wave, with him, looking at me in the eye and smiling.
The smile he always have when I’m arround him is my favourite, when he smile, It’s feel like I can see my reflection on his eye. But the smile he fake when we arrived at my home, (which is mean the time we separated) , it’s torn me apart.
I want to love someone, like shizuka, she love nobita cause she knows nobita need her, in every single day, he need her. And I want to be like her, cause in my mind, loving someone that way make me feel like There’s always a reason to loving him and always be with him, so that this love will always grow no matter what.
And this boy told me, that me and him is exactly like shizuka and nobita. No matter what happend, they belong to each other. I don’t know how, but I really like him. He really is the man of my dream.
“ He is the one.” I whispering to my own self, he caught me smiling, and he smile too.