25 November 2017

that first moment

I love you but it's not that easy...

Baru satu bait sudah membuat Carla terisak, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan, ia melepaskan gitarnya dan mulai memejamkan matanya. Ia tidak tidur, air matanya terus mengalir, ia berfikir keras tentang keputusan apa yang akan di ambilnya. Kepalanya pusing bukan main, sepertinya demamnya tidak akan berkurang besok pagi. Benar saja, beberapa menit kemudian ia muntah, namun tidak ada makanan yang keluar dari mulutnya, jelas saja, ia hanya mengkonsumsi sop daging siang tadi, dan berdasarkan ilmu kedokterannya, ia sudah jelas mengetahui bahwa makanan itu sudah di cerna secara sempurna sekarang. 
"Mungkin mereka lagi happy-happy sekarang, ketawa-ketawa, seneng-seneng, dan tentunya, Roby jelas nggak akan mikirin gue saat ini. Dia jeals nggak tau kondisi gue drop gini." Carla berbisik dalam hatinya, air matanya terus mengalir tanpa ia sadari, matanya terasa sangat panas. 

Carla mencari sebuah nama di kontak hpnya 'Abrar'
*Bayy
Carla mengirimkan satu pesan panggilan kepada Abrar yang akrab disapanya Abay saat nama panggilan dirumahnya adalah Aboy. Abrar adalah satu-satunya penenang Carla dalam keadaan apapun, setidaknya, Abrar akan selalu bisa ia cari dalam kondisi apapun. 

Abrar dan Carla sudah lama berteman, dari SMP, sebut saja mereka sebagai pasangan yang selalu gagal bersama. Waktu belum pernah berpihak pada mereka, dari pertama mereka saling mengenal, saat itu Carla memiliki kekasih, saat Carla putus, giliran Abrar yang memiliki pacar dan begitu seterusnya hingga sekarang, namun kini Abrar dan Carla sepertinya benar-benar nyaman berteman, setidaknya bagi Abrar. 

Memikirkan hal-hal tentang Abrar membuat Carla sedikit tenang, walau belum sepenuhnya. Bahkan sekarang pikirannya kembali terlempar ke Roby. Ia membuka kembali Chat roomnya dengan roby. Ada dua pesan terakhir yang dikirimkannya, "Kamu dirumah?" yang sudah di baca oleh roby dan "." yang tidak di baca hingga saat ini. Namun semuanya sudah terjawab beberapa menit yang lalu, saat ia melihat roby yang update ia sedang di luar, dengan teman-temannya, dan Siena...

"Aku pikir kamu cuma terpaksa ngejalaninnya, Rob." Desis Carla setelah melihat update-an tersebut. "Lalu sebenernya aku apa? Kiasan yang kadang kamu rinduin?" Carla mulai kembali meneteskan air matanya. "I know I'll never be something like her,By..." Kini jelas Carla merasa sangat tertekan, kepalanya semakin pusing bukan main, ia juga bisa merasakan asam lambungnya naik, ia merasakan mual yang tidak tertahankan. 

"MAAAA...." Teriak Carla sambil memegangi perutnya sebelah kiri atas... ia menggapai pintu lalu membuka kunci pintu kamarnya lalu kembali berteriak...

***
Carla tersadar di ruangan yang tidak di kenalinya, kepalanya masih pusing, namun ia bisa mengenali kamar tersebut bukan rumahnya, ia langsung menoleh ke lengannya, ternyata tebakannya benar, Rumah sakit, untuk pertamakalinya, selama ini Carla selalu membayangkan dirinya berada di Rumah Sakit, satu persatu teman dan orang yang peduli dengan dirinya akan datang menjenguknya. Namun kali ini sangat berbeda dengan ekspektasi Carla, ia tidak ingin ada yang mengetahui kondisinya, Carla segera menutup account sosial medianya.

Tidak ada siapa-siapa di ruangan tersebut, namun Carla bisa mendengar ada beberapa orang diruangan luar kamar, saat mendengar ada suara yang mendekat kepintu, Carla menghapus air matanya dan berpura-pura tidur.

"Make sure no one know this mom." Carla berbisik...